The Great Dictator (Diktator Agung) merupakan sebuah film epik hitam-putih pada tanggal 15 Oktober 1940. Dirilis ketika Perang Dunia Kedua mulai berkecamuk dan ketika Adolf Hitler sendiri sedang meniti jalan untuk mencapai puncak kejayaannya, The Great Dictator sukses memparodikan peristiwa tersebut. Plesetan-plesetan pun digunakan di dalamnya: Adenoid Hynkel untuk Adolf Hitler, negara Tomainia untuk Jerman, lambang tanda silang dobel yang menggantikan lambang swastika Nazi, Benzino Napaloni untuk Benito Mussolini, dan lain sebagainya. Parodi yang digunakan Chaplin tidaklah parodi yang bersifat kasar atau asal melucu, melainkan parodi yang memiliki kelasnya tersendiri alias elegan.
Charlie Chaplin memerankan tokoh rekaan Adolf Hitler, sang diktator fasis yang kejam. Di dalam plot cerita pula, Chaplin juga sekaligus memerankan seorang tukang cukur keturunan Yahudi, merepresentasikan wajah rakyat jelata yang lugu. Karakteristik keduanya yang sangat kontras ini dilibatkan ke dalam satu alur cerita dengan kisahnya masing-masing. Lihatlah parodinya: saat Hynkel yang bertindak semaunya sendiri dengan memberangus orang-orang Yahudi dan sangat ambisius untuk menguasai seluruh dunia, namun berubah menjadi pribadi yang tampak bodoh dan konyol, yaitu saat adegan Hynkel bermain-main sendiri dengan bola dunia, atau adegan saat Hynkel berpidato dalam bahasa Jerman yang “sangat Hitler”. Atau ketika si tukang cukur yang mencukur tuannya (sekaligus menari) sambil mengikuti irama musik Hungarian Dance No. 5 karya Johannes Brahms. Melihat adegan-adegan tersebut, rasanya di zaman sekarang pun masih relevan parodi-parodi tersebut. Membuktikan bahwa parodi dalam The Great Dictator merupakan parodi yang memang berkelas.